Gendre Sastra

Pertemuan Ke 7

Materi Ke 6

Nama : Dwi Putri rahmadhani

Nim : 22016097

Dosen pengampu : Dr. Abdurrahman, M.pd


            

         

         Genre Sastra (Klasik Nusantara) 



                                 Bab I 

                         pendahuluan



1. Latar Belakang

    Sastra telah hadir bahkan dari era nenek moyang kita. Sastra selalu berkembang mengikuti zaman yang terus maju. Namun sastra klasik tak lepas dari sejarah dunia sastra. Sampai sekarang sastra klasik masih bertahan dan dilestarikan oleh masyarakat. Nah disini penulis akan memaparkan tentang genre sastra (klasik nusantara).

2. Rumusan Masalah

    a. Genre sastra klasik nusantara

    b. Karakteristik sastra klasik nusantara

    c. Contoh contoh teks/lisan sastra klasik           nusantara

    d. Situasi bahasa genre sastra klasik nusantara



                                 Bab II 

                           Pembahasan



1. Genre sastra klasik nusantara

    Sastra klasik ini juga disebut sasta lama yang merupakan sastra yang lahir dan tumbuh pada masa lampu atau pada masyarakat lama. Sastra lama tumbuh dan berkembang seiring dengan kondisi masyarakat pada zamanya yang dimana sastra lama mempunyai nuansa kebudayaan yang kental dan memiliki corak yang lekat dengan nilai dan adat istiadat yang berlaku di dalam suatu daerah atau masyarakat tertentu. 

   Pertama kali sastra klasik ini muncul atau dihasilkan sebelum abad 20 atau sekitar 1870-an. Pada era itu para pembuat karya sastra menciptakan karya sastra yang berupa syair,hikayat, dan novel yang berupa terjemahan dari barat.

2. Karakteristik sastra klasik nusantara

1. Anonim Sebagian besar karya sastra Melayu klasik yang berkembang di tengah masyarakat tidak diketahui nama penciptanya.

2. Pralogis Cerita-cerita yang termasuk sastra Melayu klasik banyak diwarnai oleh hal-hal gaib dan tidak masuk akal.

3. Menggunakan bahasa Melayu klasik Karya-karya sastra Melayu klasik banyak menggunakan bahasa Melayu klasik seperti konon, alkisah, sahibul hikayat, dan lain sebagainya.

4. Istana sentris Kejadian atau peristiwa yang diceritakan dalam karya-karya sastra Melayu klasik sebagian besar tentang kehidupan istana seperti raja-raja, putri, pangeran, pahlawan, dan tokoh-tokoh mulia lainnya.

5. Berkembang secara lisan Karya-karya sastra Melayu klasik disebarluaskan secara lisan atau dari mulut ke mulut karena belum adanya media massa pada saat itu.

6. Komunal Cerita-cerita yang dikisahkan dalam sastra Melayu klasik merupakan milik bersama.

7. Kurang dinamis Dipandang dari masyarakat kekinian, perubahan yang terjadi dalam sastra Melayu klasik sangat lamban.

8. Didaktis Dari berbagai jenis sastra Melayu klasik sebagian besar bersifat didaktis atau memberikan pendidikan kepada pembacanya, baik moral maupun religius.

9. Simbolis Peristiwa-peristiwa dalam berbagai karya sastra Melayu klasik disajikan dalam bentuk lambang.

10. Tradisional Sastra Melayu klasik bersifat tradisional atau mempertahankan adat kebiasaan setempat.

11. Imitatif Sastra Melayu klasik bersifat imitatif atau meniru yang diwariskan secara turun temurun.

12. Universal Dalam arti, sastra Melayu klasik berlaku kapan pun, dimanapun, dan bagi siapa pun. Biasanya hal ini terkait dengan isi pesan yang ingin disampaikan.

3. Contoh contoh teks/lisan sastra klasik nusantara

   1. Mantra 

       Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mantra diartikan sebagai susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.

 2. Pantun

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biaanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Terdapat jenis-jenis pantun yaitu pantun jenaka, pantun persahabatan, percintaan, pantun nasihat, dan pantun teka-teki. Contoh nya :

Kunjung kunjung di bukit tinggi

Kolam sebuah di bawahnya

Wajib insan mengenai diri

Sifat Allah pada tubuhnya


 3. Pantun berkait atau pantun berantai

     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantun berkait atau pantun berantai adalah rangkaian pantun yang sambung-menyambung, misalnya larik kedua dan keempat bait pertama muncul lagi sebagai larik pertama dan ketiga bait berikutnya. Pantun berkait dan contohnya :

anak ayam turun sepuluh 

mati satu tinggal sembilan

tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh

supaya engkau tidak ketinggalan


anak ayam turun sembilan

mati satu tinggal delapan

ilmu boleh sedikit ketinggalan

tapi jangan sampai putus harapan


anak ayam turun delapan

mati satu tinggal lah tujuh

hidup harus penuh harapan

jadikan itu jalan yang di tuju

4. Seloka

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seloka adalah jenis puisi yang mengandung ajaran (sindiran dan sebagainya), biasanya terdiri atas 4 larik yang berima a-a-a-a, yang mengandung sampiran dan isi. Contoh puisi lama seloka empat baris:

Terkelip api atas gunung 

Orang memarun sarap balai 

Maksud hati memeluk gunung 

Apa daya tangan tak sampai


   5. Talibun

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, talibun adalah bentuk puisi lama dalam kesustraan Indonesia (Melayu) yang jumlah barisnya lebih dari 4, biasanya antara 16-20, serta mempunyai persamaan bunyi pada akhir baris (ada juga seperti pantun, dengan jumlah baris genap, seperti 6, 8, atau 12 baris). Contoh pantun talibun 8 baris :

Di negeri ini tak ada salju

Yang ada hanya hujan yang lebat

Yang buat negeri pun kebasahan

Yang pantik harum aroma tanah

Ini bukanlah sembarang palu

Inilah palu yang sangat kuat

Bila dipukul ke bebatuan

Maka batuan pun langsung pecah

  6. Karmina atau pantun kilat

      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karmina atau pantun kilat adalah pantun dua seuntai, baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi berupa sindiran dengan rumus rima a-a, misalnya kayu lurus dalam lalang, kerbau kurus banyak tulang. Contoh pantun karmina :

Ada ubi ada talas

Ada budi ada balas

  7. Gurindam atau sajak peribahasa

     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat (misalnya baik-baik memilih kawan, salah-salah bisa jadi lawan). Contoh gurindam yang paling terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Aja Aji Haji yang terdiri dari dua belas pasal. Berikut kutipan Gurindam Dua belas pasal 2 :

Barang siapa mengenal yang tersebut,

tahulah ia makna takut.

    Barang siapa meninggalkan

    sembahyang,

    seperti rumah tiada

    bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,

tidaklah mendapat dua termasa.

    Barang siapa meninggalkan

    zakat,

    tiadalah hartanya beroleh

    berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,

tiadalah ia menyempurnakan janji.

8. Syair

          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia syair adalah satu di antara jenis-jenis puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan bunyi yang sama. Ciri-ciri syair lainnya adalah jumlah kata per baris adalah 4-6 perkataan, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, tidak memiliki sampiran, dan isi berupa cerita. Adapun jenis-jenis syair di antaranya adalah syair agama, syair kiasan, syair panji, syair romantis, dan syair sejarah. Contoh syair misalnya Syair Singapura Dimakan Api yang merupakan syair sejarah.

    9. Peribahasa

          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susuanannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan). Peribahasa juga diartikan sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku. Satu di antara kumpulan peribahasa dalam bahasa Indonesia beserta artinya adalah sebagi berikut :

Ada udang dibalik batu, artinya ada suatu maksud tersembunyi.

Bagai air di daun talas, artinya Orang yang tidak punya pendirian, selau berubah-ubah.

Air beriak tanda tak dalam, artinya Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmunya.

   10. Teka-teki

          Menurut Kosasih (2008 : 16), teka-teki adalah cerita pendek yang menuntut jawaban sama halnya dengan soal cerita. Hanya saja, dalam teka-teki peranan nalar sering kali diabaikan. Hal yang dipentingkan adalah kemampuan si penebak dalam memahami arti kiasan atau ibarat yang dikemukakan dalam cerita. Ciri lainnya adalah dalam penyusunan teka-teki haruslah memerhatikan keindahan bahasanya. Dengan karakteristik seperti inilah, teka-teki bisa digolongkan ke dalam jenis sastra. Contoh teka-teki :

Apa nama sebuah benda yang kalau ditutup berubah jadi tongkat, tapi ketika dibuka malah jadi tenda?

Jawaban dari teka-teki diatas adalah payung

  11. Fabel atau cerita binatang

         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Contoh dongeng fabel singkat misalnya Si Kancil.

   12. Legenda

          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Secara garis besar cerita asal-usul terbagi menjadi tiga jenis yaitu cerita asal-usul tumbuhan, dunia binatang, dan terjadinya suatu tempat. Contoh legenda singkat misalnya Legenda Rawa Pening.

    13. Hikaya

           Hikayat merupakan salah satu dari jenis-jenis prosa lama dalam kesusastraan Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. Contoh hikayat Melayu misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Perang Palembang, dan Hikayat Seribu Satu Malam.

4. Situasi bahasa genre sastra klasik nusantara

    Sastra Melayu atau Kesusastraan Melayu adalah sastra yang hidup dan berkembang di kawasan Melayu. Sastra Melayu mengalami perkembangan dan penciptaan yang saling mempengaruhi antara satu periode dengan periode yang lain. Situasi masyarakat pada jaman sebelum Hindu, jaman Hindu, jaman peralihan dari Hindu ke Islam, dan jaman Islam, berpengaruh kuat pada hasil-hasil karya sastra Melayu. Terjadi hubungan yang erat antara tahap perkembangan, kehadiran genre, dan faktor lain di luar karya sastra.

   Sastra Melayu berkembang pesat pada jaman Islam dan sesudahnya, karena tema-tema yang diangkat seputar kehidupan masyarakat Melayu, meskipun beberapa ada pengaruh asing. Sebelum jaman Islam, konteks penceritaannya lebih berorientasi ke wilayah di luar Melayu, yaitu India dengan latar belakang kebudayaan Hindu.

  Yang dimaksud dengan Sastra Melayu Klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di daerah Melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa Balai Pustaka. Masa sesudah Islam merupakan zaman dimana sastra Melayu berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh Islam yang mengembangkan sastra Melayu.

  Kesusastraan Melayu sebelum Islam tidak ada nuansa Islam sama sekali dan bentuknya adalah sastra lisan. Isi dan bentuk sastranya lebih banyak bernuansa animisme, dinamisme, dan Hindu-Budha, dan semua hasil karya tersebut dituangkan dalam bentuk prosa dan puisi. Untuk puisi, tampak tertuang ke dalam wujud pantun, peribahasa, teka-teki, talibun, dan mantra. Bentuk yang terakhir ini (mantra), sering dikenal dengan jampi serapah, sembur, dan seru. Sedangkan bentu prosa, tampak tertuang dalam wujud cerita rakyat yang berisi cerita-cerita sederhana dan berwujud memorat (legenda alam gaib yang merupakan pengetahuan pribadi seseorang), fantasi yang berhubungan dengan makhluk-makhluk halus, hantu dan jembalang.

   Perkembangan kesusastraan Melayu sesudah kedatangan Islam ditandai dengan penggunaan Huruf Arab yang kemudian disebut Tulisan Jawi atau Huruf Jawi, yang dalam perkembangannya dikenal dengan istilah Arab Melayu. Hal ini dikarenakan masyarakat Melayu merasa bahwa tulisan tersebut telah menjadi milik dan identitasnya. Huruf Jawi ini diperkenalkan oleh para pendakwah Islam untuk membaca al-Qur`an dan menelaah berbagai jenis kitab dari berbagai disiplin ilmu. Perkembangan penulisan ini sangat pesat karena Islam memperbolehkan semua orang untuk menulis dalam berbagai bidang.



                                Bab III

                              Penutup



1. Kesimpulan

    Jadi kesimpulannya sastra lama adalah karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama.

2. Saran

    Sastra lama perlu dilestarikan keberadaanyya dengan selalu mengajarkannya pada generasi penerus bangsa.



                                Bab IV 

                               Sumber



Sastrawacana.2019.Pengartia dan Ciri Sastra Klasik Melayu https://www.sastrawacana.id/2019/02/sastra-melayu-klasik-pengertian-ciri.html


Ambar.2019.Ciri-Ciri dan Unsur Sastra Melayu Klasik dan Contohnya.diakses pada 2 oktober 2022.dari https://dosenbahasa.com/ciri-ciri-dan-unsur-sastra-melayu-klasik-dan-contohnya







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genre Sastra Modern

Puisi